MATERI PEMBELAJARAN HUSNUZAN
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. {Q.S Al Hujurat (49) : 12}
A. PENGERTIAN
HUSNUZAN
Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka”
lawan katanya adalah su’uzan yang berarti berburuk sangka atau apriori
dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat
segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan
mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya
bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya.
Sebaliknya orang yang pemikirannya senantiasa dikuasai
oleh sikap su’uzan selalu akan memandang segala sesuatu jelek, seolah-olah
tidak ada sedikit pun kebaikan dalam pandanganya, pikirannya telah dikungkung
oleh sikap yang menganggap orang lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap
buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal
kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata
yang tidak jelas penyebabnya, terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada
dirinya atau orang lain sama sekali tak terbukti.
Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
- Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup.
- Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis serta inisiatif
- Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir positif dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.
B. MACAM-MACAM HUSNUZAN
1. Husnuzan Kepada Allah
Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri
adalah adalah sifat husnuzan kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu
berbaik sangka atas segala kehendak allah terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal
yang terjadi pada kita seperti musibah membuat kita secara tidak langsung
menganggap Allah telah tidak adil, padahal sebagai seorang mukmin sejati
semestinya kita harus senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada
kita adalah yang terbaik.
Seseorang boleh saja sedih, cemas dan gundah bila
terkena musibah, akan tetapi jangan sampai berlarut-larut sehingga membuat
dirinya menyalahkan Allah sebagai Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat
dilakukan adalah dengan cara segera menata hati dan perasaan kemudian
menegguhkan sikap bahwa setiap yang ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya
mengandung hikmah. Inilah yang disebut dengan sikap husnuzan kepada Allah.
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahnat ku
meliputi segala sesuatu” (Q.S.Al-A’raf : 156)
Sehubungan dengan ayat ini, kita perlu ber-husnuzan
kepada Allah dalam segala hal dan keadaan, Allah Maha Tahu apa yang terbaik
buat hamba-Nya, ketika kita senang dan suka karena mendapatkan rezeki dan
kenikmatan dari Allah, maka sebaliknya saat kita dalam keadaan nestapa dan duka
karena mendapatkan ujian dan cobaan hendaknya tetap ber-husnuzan kepada Allah
Swt., sebab semua yang diberikan oleh Allah, baik berupa kenikmatan maupun
cobaan tentu mengandung banyak hikmah dan kebaikan. Hal ini ditegaskan oleh
Allah dalam sebuah Hadits Qudis yang artinya :
“Selalu
menuruti sangkaan hamba ku terhadap diriku jika ia berprasangka baik maka akan
mendapatkan kebaikan dan jika ia berprasangka buruk maka akan mendapatkan
leburukan” (H.R.at-Tabrani dan Ibnu Hiban).
2. Husnuzan terhadap Diri Sendiri
Perilaku husnuzan terhadap diri sendiri artinya adalah
berperasangka baik terhadap kemampuan yang dimilki oleh diri sendiri. Dengan
kata lain, senantiasa percaya diri dan tidak merasa rendah diri di hadapan
orang lain. Orang yang memiliki sikap husnuzan terhadap diri sendiri akan
senantiasa memiliki semangat yang tinggi untuk meraih sukses dalam setiap
langkahnya. Sebab ia telah mengenali dengan baik kemempuan yang dimilikinya,
sekaligus menerima kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga ia dapat menetahui
kapan ia harus maju dan tampil di depan dan kapan harus menahan diri karena tidak
punya kemampuan di bidang itu.
3. Husnuzan terhadap Sesama Manusia
Husnuzan terhadap sesama manusia artinya adalah
berprasangka baik terhadap sesama dan tidak meragukan kemampuan atau tidak
bersikap apriori. Semua orang dipandang baik sebelum terbukti kesalahan atau
kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam pergaulan. Orang yang
ber-husnuzan terhadap sesama manusia dalam hidupnya akan memiliki banyak teman,
disukai kawan dan disegani lawan.
Husnuzan terhadap sesama manusia juga merupakan kunci
sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di Sekolah, keluarga, maupun di
lingkungan masyarkat. Sebab tidak ada pergaulan yang rukun dan harmonis tanpa
adanya prasangka baik antara satu individu dengan individu lainnya.
C. CONTOH PERILAKU HUSNUZAN
1. Husnuzan kepada Allah dan Sabar Menghadapi
Cobaan-Nya
Berprasangka baik kepada Allah Swt. artinya menganggap
qada dan qadar yang diberikan Allah adalah hal yang terbaik untuk hamba-Nya,
karena Allah Swt. bertindak terhadap hamba-Nya seperti yang disangkakan
kepada-Nya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah Swt., maka
buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika berprasangka baik
kepada-Nya, maka baik pulalah prasangka Allah kepada hamba-Nya.
Cara menunjukkan sikap husnuzan kepada Allah swt adalah :
a. Senantiasa taat kepada Allah.
b. Bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan.
c. Bersabar dan ikhlas apabila mendapatkan ujian serta
cobaan.
d. Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala
penderitaan dan kegagalan.
2. Husnuzan kepada Diri Sendiri
Husnuzan kepada diri sendiri adalah sikap baik sangka
kepada diri sendiri dan meyakini akan kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Husnuzan kepada diri sendiri dapat ditunjukkan dengan sikap gigih dan optimis.
Gigih berarti sikap teguh pendirian, tabah dan ulet atau berkemauan kuat dalam
usaha mencapai sesuatu cita-cita. Sedangkan optimis adalah sikap yang selalu
memiliki harapan baik dan positif dalam segala hal.
Manfaat sikap gigih adalah :
1. Membentuk pribadi yang tangguh
2. Menjadikan seseorang teguh pendirian dan tidak
mudah terpengaruh
3. Menjadikan seseorang kreatif.
4. Menyebabkan tidak gampang putus asa dan menyerah
terhadap keadaan
5. Berinisiatif, artinya pelopor atau langkah pertama
atau senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut
sikap bekerja keras dan etos kerja yang tinggi. Adapun ciri-ciri orang penuh
inisiatif adalah kreatif dan tidak kenal putus asa
3. Husnuzan kepada Sesama Manusia
Husnuzan kepada sesama manusia adalah sikap yang
selalu berpikir dan berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini
ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif dan sikap saling menghormati
antar sesama hamba Allah tanpa ada rasa curiga, dengki dan perasaan tidak
senang tanpa alasan yang jelas.
Nilai dan manfaat dari sikap Husnuzan kepada manusia
mengandung nilai dan manfaat sebagai berikut :
a. Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi
lebih baik.
b. Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan
sesama.
c. Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang
lain.
D. HIKMAH HUSNUZAN
Di antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut :
1. Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, artinya
melaksanakan perintah Allah dan Rasul serta menjauhi segala larangannya,
melaksanakan jihad fisabillilah dan mencintai sesame manusia karena Allah.
2.
Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala
nikmat-Nya.
3.
Menumbuhkan sikap sabar dan tawakal.
4. Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat
dan nikmat Allah
5.
Al – afwu (pemaaf)
6.
Al – wafa (menepati janji)
7.
Al – ‘iffah (memelihara kesucian diri)
8.
Al – haya’ (malu)
9.
Syaja’ah (gigih)
10.
As – sabru (sabar)
11.
Ar – rahmah (kasih sayang)
12.
At – ta’awwun (tolong menolong)
13.
Al – islah (damai)
14.
An – nazafah (memelihara kebersihan)
15.
Mendorong manusia mencapai kemajuan.
16.
Menimbulkan ketentraman.
17.
Menghilangkan kesulitan dan kepahitan.
18.
Membuahkan kreasi yang produktif dan daya cita yang berguna.
0 komentar:
Posting Komentar