Menurut
sejarahnya, Ibu Kanjeng Ratu Kidul dulunya adalah seorang putri bangsawan
bupati, yang hidup jauh sebelum jaman Ken Arok dan Singasari, yang mengalami
penindasan dan kezaliman dalam hidupnya. Dengan tujuan memperoleh kesaktian
untuk menuntut balas, beliau bersama adiknya melakukan laku prihatin dan tapa
brata. Setelah segala kesaktian diperoleh dan berhasil menuntut balas, beliau
bersama dengan adiknya itu, dengan kekuatan ilmunya mereka moksa, masuk ke alam
gaib bersama dengan raga mereka.
Di alam
gaib, bersama dengan para pengikutnya, mereka membangun kerajaan gaib. Ibu
Kanjeng Ratu Kidul berkuasa terutama di sepanjang pantai selatan pulau jawa,
dari ujung timur sampai ujung kulon. Posisi berada kerajaannya + 10
km sebelah selatan pantai Parang Tritis, Yogyakarta. Di istananya di laut
selatan juga berdiam sukma ibu kandungnya yang sering disebut sebagai Kanjeng
Mbok.
Ibu Ratu Dewi
Lanjar, adik Ibu Kanjeng Ratu Kidul, berkuasa terutama di pantai utara
Pekalongan - Tegal. Posisi kerajaannya + 10 km sebelah utara
pantai Pekalongan, Jawa Tengah.
Mereka
mendedikasikan kekuasaannya untuk membantu manusia yang kesusahan dan tertindas.
Kepada yang memintanya, selain memberi pertolongan berupa kesaktian dan bala
tentara untuk mengusir roh halus yang mengganggu manusia, mereka juga membantu
dalam bidang ekonomi berupa dana gaib dan membantu memperlancar rejeki dan
usaha, tetapi bukan pesugihan. Mereka tidak melayani pesugihan. Mereka akan
membantu manusia yang meminta pertolongan tanpa menuntut imbalan. Tetapi bila
orang yang meminta tolong itu menyatakan suatu janji tertentu, maka akan
dituntutnya pelaksanaan janji itu.
Di sepanjang
laut selatan pulau Jawa ada banyak berdiam jin laut yang kesaktiannya jauh
melebihi Ibu Ratu Kidul, tetapi mereka hidup sendiri-sendiri, tidak menjadi
penguasa wilayah. Ibu Kanjeng Ratu Kidul menjalin pertemanan dengan mereka
sebatas supaya tidak terjadi bentrokan yang dapat merugikan dirinya sendiri.
Jadi sekalipun Ibu Kanjeng Ratu Kidul menjadi ratu dan penguasa laut
selatan jawa, tetapi beliau sama sekali tidak berkuasa atas para jin laut yang
kesaktiannya melebihi dirinya.
Dahulu ada
semacam perjanjian bahwa manusia perempuan yang memakai baju berwarna merah
atau hijau gadung berarti menganggap Ibu Ratu Kidul sebagai keluarga atau orang
tua leluhurnya, sehingga orang yang memakai baju merah atau hijau gadung di
wilayah kekuasaan Kerajaan Ibu Ratu Kidul, terutama di pantai selatan pulau
Jawa, akan diajak olehnya atau oleh prajurit / dayang-dayangnya untuk bergabung
di Kerajaan Ibu Ratu Kidul, karena dianggap keluarganya.
Ibu Kanjeng
Ratu Kidul mempunyai anak perempuan bernama Nyi Rara Kidul yang juga cantik
seperti ibunya. Walaupun agak bandel dan suka mencobai orang yang sok sakti,
tetapi baik hati, tidak jahat.
Ibu Kanjeng
Ratu Kidul juga mempunyai anak laki-laki bernama Raden Rangga, hasil
perkawinannya dengan Jaka Tingkir (Sultan Adiwijaya). Raden Rangga ini
mempunyai kesaktian yang lebih tinggi daripada ibunya, tetapi masih jauh jika
dibandingkan dengan kesaktian ayahnya. Walaupun juga seperti kakaknya, bandel
dan suka mencobai orang yang sok sakti, tetapi baik hati, tidak jahat dan patuh
kepada orang tuanya. Raden Rangga lebih sering berada di darat, di situs-situs
Majapahit dan di Candi Dieng.
Ketika
sedang bepergian, Ibu Kanjeng Ratu Kidul sering menggunakan kendaraan
kebesarannya berupa kereta kencana yang ditarik oleh 12 ekor kuda. Anaknya Nyi
Rara Kidul lebih sering menunjukkan kebesarannya dengan berdiri menunggangi
gulungan ombak laut yang besar. Sedangkan Raden Rangga memiliki tunggangan
gajah sama seperti ayahnya.
Tidak
seperti yang banyak menjadi cerita di masyarakat, mitos dan legenda, bahwa Ibu
Kanjeng Ratu Kidul mempunyai hubungan dekat dengan raja-raja keraton Yogya,
atau bahkan dikatakan bersuamikan raja-raja Yogya. Yang sebenarnya terjadi
adalah Ibu Kanjeng Ratu Kidul sama sekali belum pernah bertemu langsung dengan
raja-raja Yogya, termasuk Panembahan Senopati. Tetapi beliau menghormati
keraton Yogya, karena ada upaya dari pihak keraton yang melakukan penghormatan
kepadanya melalui para abdi dalem dan para spiritualisnya.
Sebenarnya
ada segitiga kekuasaan gaib yang melingkupi Yogyakarta dan sekitarnya, yaitu
kerajaan Ibu Kanjeng Ratu Kidul di selatan, dan di utara Yogya adalah Eyang
Sapujagat sebagai penguasa gunung Merapi dan Eyang Krama di gunung Merbabu.
Tetapi selama ini hanya gunung Merapi saja yang diakui, sedangkan gunung Merbabu
tidak diakui, sehingga kehidupan spiritual dan supranatural yang terkait dengan
keraton Yogyakarta seringkali menjadi pincang dan terganggu. Padahal segitiga
kekuasaan gaib itulah yang selama ini mengangkat pamor keraton Yogya dari dulu
sampai sekarang, sehingga walaupun raja-rajanya lemah karisma wibawanya, tetapi
tetap dihormati oleh rakyatnya dan sekarang pun keraton Yogya dihormati juga
oleh pemerintah Indonesia.
Para
penguasa segitiga kekuasaan gaib itu saling mengenal dan menjalin pertemanan
satu dengan lainnya. Tetapi Eyang Krama dari gunung Merbabu sekarang sudah
tidak lagi berada di tempatnya semula, sudah pindah menetap di tempat lain.
Ibu Kanjeng
Ratu Kidul juga mempunyai hubungan dekat dengan para dewa. Hubungannya adalah
dalam hal wahyu-wahyu dewa. Beliau banyak menerima permintaan dari orang-orang
tertentu yang ingin terpenuhi keinginannya menjadi bagian dalam kepemimpinan
pemerintahan. Ibu Kanjeng Ratu Kidul memintakan wahyu kepemimpinan untuk mereka
kepada para dewa, supaya dengan wahyu tersebut keinginan mereka terlaksana.
Ibu Kanjeng
Ratu Kidul juga sudah mengetahui tentang sosok Satria Piningit yang akan
menjadi Ratu Adil di Tanah Jawa, tetapi beliau tidak berani mengungkapkannya.
Beliau 'miris' dengan kegaiban orang tersebut. Beliau sangat berhati-hati dan
menjaga jarak, jangan sampai membuat kesalahan, karena jika itu terjadi, bahkan
suaminya atau para dewa sekalipun, tidak akan mampu menolongnya dari hukuman.
Sekalipun Ibu Kanjeng Ratu Kidul bukan bawahannya, tetapi beliau ada di bawah
kekuasaan orang itu.
Dalam cerita
mistis di masyarakat sering ada kesimpang-siuran cerita yang kadangkala
menyamakan Ibu Ratu Kidul dengan Nyi Blorong. Nyi Blorong adalah asli bangsa
jin, yang wujudnya adalah manusia perempuan dengan bagian pinggang ke bawah
seperti ular. Asalnya dari sebuah gunung di Jawa Barat. Nyi Blorong dulu pernah
bertarung dengan Ibu Ratu Kidul untuk memperebutkan kekuasaan di pantai selatan
jawa dan wilayah jawa tengah dan jawa timur. Tetapi dia kalah. Atas seizin Ibu
Ratu Kidul, Nyi Blorong bertempat tinggal dan berkekuasaan di Pantai
Karang Bolong dan sekitarnya (Cilacap, Jawa Tengah). Nyi Blorong ini
berwatak jahat. Untuk mencari pengikut, dia memberikan kesaktian dan jasa
pesugihan kepada manusia yang memintanya, yang kemudian setelah orang tersebut
meninggal atau tidak mampu memenuhi perjanjian, akan dijadikan tumbalnya atau
dijadikan budaknya.
Ibu Kanjeng Ratu Kidul sering dikatakan sebagai mahluk siluman. Beliau, karena kekuatan ilmunya, kondisi sifat fisik energinya berubah menjadi seperti sifat fisik energi bangsa jin, tidak lagi sama dengan sifat fisik energi sukma manusia pada umumnya. Tetapi sosoknya tidak berubah, tetap masih sesuai aslinya, cantik seperti putri keraton. Jadi yang berubah hanya sifat energi dari sukmanya saja, tidak lagi sama dengan sifat energi sukma manusia pada umumnya, sedangkan sosoknya tidak berubah.
Ibu Kanjeng Ratu Kidul sering dikatakan sebagai mahluk siluman. Beliau, karena kekuatan ilmunya, kondisi sifat fisik energinya berubah menjadi seperti sifat fisik energi bangsa jin, tidak lagi sama dengan sifat fisik energi sukma manusia pada umumnya. Tetapi sosoknya tidak berubah, tetap masih sesuai aslinya, cantik seperti putri keraton. Jadi yang berubah hanya sifat energi dari sukmanya saja, tidak lagi sama dengan sifat energi sukma manusia pada umumnya, sedangkan sosoknya tidak berubah.
Copyright Manual "Ibu Kanjeng Ratu Kidul" by. PCK
Ttd
Shepuh Perguruan
M. Juharuddin Mutohar
0 komentar:
Posting Komentar